Kenapa Perusahaan Membutuhkan Tools KPI?

Kenapa Perusahaan Membutuhkan Tools KPI?

Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki tujuan bersama yang hendak dicapai. Agar tujuan tersebut lebih mudah tercapai, perusahaan membutuhkan sebuah parameter yang akan mengukur seberapa jauh dan efektif progress yang berjalan.

Key performance indicators atau yang lebih sering disebut KPI adalah sebuah parameter untuk mengukur seberapa jauh perusahaan atau organisasi dalam perkembangan atau progress menuju tujuan. Oleh karena itu pula, menggunakan tools KPI mulai dipilih perusahaan agar perusahaan lebih mudah memantau dan mengukur perkembangan progress.

Selain untuk mempermudah perusahaan memantau dan mengakses progress KPI, penggunaan tools KPI akan memberikan beberapa dampak positif pada perusahaan. Simak alasan mengapa perusahaan harus menggunakan tools KPI di bawah ini.

1. Melacak Kinerja Anggota Tim
Tujuan utama dari sebuah sistem dalam aplikasi adalah untuk melacak kinerja setiap anggota tim dan semua kegiatan yang mereka lakukan. Perusahaan dapat dengan mudah menentukan jumlah bagian pasokan bawah, berapa banyak tugas yang dilakukan oleh masing-masing anggota tim, dan sebagainya.

2. Meningkatkan Efisiensi
Dengan penerapan KPI, semua data dapat dengan cepat diakses dan digunakan. pelaporan pandangan KPI memungkinkan perusahaan untuk memantau dan mengukur kinerja karyawan dan perusahaan secara real time.

3. Pengambilan Keputusan
Data ditampilkan dalam penyajian yang mudah dipahami yang membuat staf mampu menganalisis data penting lebih cepat dan mendalam. Hal ini dapat meningkatkan kinerja operasi masing-masing layanan. Aplikasi memberikan visualisasi interaktif yang membuat analisis proses yang lebih intuitif. Selain itu, perusahaan juga lebih mudah untuk memeriksa dan menemukan solusi efektif untuk masalah kinerja yang terjadi.

4. Membuat Perusahaan Lebih Fokus
Sebuah gambaran dari data perusahaan pada pelaksanaan indikator kinerja membuat tim menjadi paham dan akhirnya lebih terfokus pada indikator penting yang paling bagi perkembangan perusahaan. Hal ini memungkinkan untuk beradaptasi proses bisnis untuk mencapai tujuan.

5. Fleksibel untuk Pertumbuhan Bisnis
Seiring dengan pertumbuhan perusahaan dan perubahan yang terjadi, tampilan KPI pun juga akan berubah. Aplikasi mampu memfasilitasi perubahan data indikator tersebut dengan fleksibel. Perusahaan dapat dengan mudah menyesuaikan perubahan KPI yang terjadi melalui aplikasi.

Nah, sekarang Anda sudah memahami bagaimana pentingnya KPI dan menggunakan tools KPI, bukan? Selain perusahaan harus merumuskan KPI yang tepat, perusahaan juga harus memilih tools yang cocok dengan perusahaan.

Jika Anda membutuhkan sebuah tools KPI untuk membantu Anda dalam memonitor KPI karyawan maka Performate.id bisa menjadi solusi bagi Anda, silakan kontak tim kami di WhatsApp berikut untuk menjelaskan solusi yang bisa kami berikan terkait KPI untuk bisnis Anda.

Perbedaan Antara KPI Dan OKR

Perbedaan Antara KPI Dan OKR

Apa perbedaan KPI dan OKR?

Key Performance Indicator (KPI) dan Objective and Key Results (OKR) merupakan dua metode pengukuran keberhasilan yang paling banyak digunakan oleh perusahaan.

KPI adalah indikator yang mengukur efektivitas kinerja organisasi, tim, individu, atau aktivitas tertentu, dalam mencapai tujuan. Metrik ini dapat mengukur keberhasilan dalam banyak hal, dari mulai target penjualan, profit bisnis, hingga kepuasan pelanggan.

Sedangkan OKR adalah kerangka kerja yang menetapkan sebuah tujuan (objective), serta mengukur pencapaian tujuan tersebut melalui sejumlah hasil utama (key results) sebagai tolok ukur. OKR biasanya digunakan untuk menetapkan tujuan jangka pendek, tetapi juga dapat digunakan untuk perencanaan satu tahunan.

Berikut ini perbedaan antara KPI dan OKR.

Stakeholder yang menerapkan

KPI digunakan oleh departemen, tim, atau unit bisnis dalam satu organisasi. Indikator ini dibuat hanya oleh manajer atau pemimpin eksekutif, dan digunakan oleh mereka. Keberhasilan pengukuran sangat tergantung pada keterampilan mereka menerapkan KPI.

OKR digunakan tidak hanya oleh para pemimpin organisasi, tetapi juga di tingkat individu. Setiap karyawan dari level bawah hingga manajer, eksekutif, dan pemimpin kunci, memiliki OKR mereka sendiri. Penyusunan OKR adalah tugas yang diberikan kepada semua orang, artinya setiap karyawan bertanggung jawab untuk membuat OKR mereka sendiri.

 

Struktur dan komponen

KPI mencakup empat komponen, yaitu:

  • Metrik
  • Target atau rentang kinerja ideal: setiap KPI harus cocok dengan target tertentu dalam jangka waktu tertentu.
  • Sumber data: setiap KPI harus memiliki sumber data untuk menghasilkan ukuran keberhasilan yang andal.
  • Frekuensi pelaporan: KPI harus didiskusikan di antara karyawan atau anggota tim yang terlibat.

OKR memiliki dua komponen:

  • Tujuan: yaitu tujuan khusus yang perlu dicapai oleh individu, tim, atau departemen. Tujuan harus ambisius namun dapat dicapai, kualitatif, dan terikat waktu.
  • Hasil utama: yaitu hasil yang dapat diukur yang menunjukkan apakah tujuan telah tercapai.

Cakupan Penggunaan

KPI dapat digunakan untuk beragam tujuan, seperti menilai kinerja karyawan, mengevaluasi proses, atau mengukur keberhasilan sebuah program. Sedangkan OKR membantu individu dan tim dalam menetapkan tujuan. OKR tidak dimaksudkan untuk menilai kinerja, melainkan menantang karyawan dan tim untuk menetapkan tujuan strategis yang berdampak pada organisasi.

Tujuan Dan Output yang Diinginkan

Perbedaan terbesar antara KPI dan OKR terletak pada maksud atau tujuan penerapan. Sasaran KPI biasanya mewakili output dari suatu proses, proyek, atau inisiatif, atau tingkat kinerja yang sudah ada. Sedangkan OKR melibatkan tujuan yang berani dan ambisius yang tidak bisa dipenuhi dengan hanya berharap pada kinerja rutin.

Kesimpulannya, Anda tidak dapat beralih dari KPI ke OKR atau sebaliknya, karena keduanya memiliki tujuan penggunaan yang berbeda dan tidak dapat dipertukarkan. Jika ingin sukses mengembangkan bisnis, Anda harus menggunakan keduanya.

Jika Anda membutuhkan sebuah tools KPI ataupun OKR untuk membantu Anda dalam memonitor kinerja karyawan Anda,maka Performate.id bisa menjadi solusi bagi Anda, silakan kontak tim kami di WhatsApp berikut untuk menjelaskan solusi yang bisa kami berikan terkait KPI untuk bisnis Anda.

Pentingnya Menetapkan KPI Dalam Bisnis

Pentingnya Menetapkan KPI Dalam Bisnis

Menetapkan KPI dalam bisnis memberikan banyak manfaat yang bisa dirasakan, tidak hanya dirasakan oleh perusahaan atau pemilik usaha, tetapi bisa juga dirasakan oleh karyawan itu sendiri.

Apa saja, sih, manfaat penerapan KPI dalam bisnis baik bagi perusahaan maupun karyawan?

 

Manfaat Penerapan KPI bagi Perusahaan

Sebagai sebuah indikator kunci, sebuah perusahaan dapat memanfaatkan penerapan KPI untuk menjaga arah strategi bisnisnya. Meski indikator-indikator ini sebenarnya digunakan untuk mengukur kinerja karyawan, tetapi juga dapat dijadikan panduan terkait hal apa saja yang harus dilakukan oleh setiap karyawan, dan bagaimana pekerjaan tersebut dapat dianggap berhasil dilakukan.

Karena menjadi alat untuk mengevaluasi kinerja karyawan, penerapan KPI akan sangat membantu perusahaan yang memiliki departemen HR. KPI dapat digunakan oleh HRD untuk mengetahui pengukuran serta melakukan evaluasi terhadap hasil kerja karyawan, dan dapat dengan lebih cepat mengidentifikasi jika ada kendala yang dihadapi oleh karyawan tersebut dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

Dengan adanya identifikasi masalah yang lebih cepat, pihak HRD juga dapat lebih mudah dalam menyokong kinerja karyawan tersebut, sehingga hasil kerjanya pun dapat maksimal dan secara tidak langsung juga mendukung pengembangan perusahaan tersebut.

Sistem KPI juga akan sangat membantu perusahaan yang menerapkan sistem reward atau apresiasi kepada karyawan yang menunjukkan kinerja yang baik. Tanpa adanya KPI, perusahaan akan kesulitan untuk menentukan seberapa baik hasil kerja yang layak untuk diapresiasi secara setara. Kalaupun dapat menentukan hal tersebut, umumnya ukuran yang dilakukan lebih bersifat subjektif dan dapat berubah-ubah kapan saja.

Memastikan karyawan mengetahui bahwa perusahaan akan mengapresiasi hasil kerja yang baik tentu saja bagus, tetapi jika ukuran yang digunakan tidak jelas, karyawan tersebut tentu akan kebingungan dalam menetapkan target kerjanya. Hal ini dapat diatasi dengan adanya KPI.

Mengingat KPI adalah sebuah alat yang secara objektif mengukur hasil kinerja seorang karyawan, tentunya ini bisa menjadi alat yang jelas untuk menentukan hasil kerja yang dapat diapresiasi oleh perusahaan. Karena ukuran ini bersifat objektif dan jelas, karyawan di perusahaan tersebut juga bisa memiliki rasa aman, nyaman, dan tak perlu takut bahwa hasil kerjanya tidak akan diapresiasi oleh perusahaan.

Dengan ukuran yang jelas seperti KPI, perusahaan dapat terus memotivasi karyawan untuk menunjukkan hasil kerja terbaiknya. Dalam jangka panjang, ini membantu perusahaan itu sendiri untuk terus mengoptimalkan pendapatan bisnisnya; terlebih jika reward yang diberikan kepada karyawan juga menggunakan sistem bertingkat di mana semakin baik hasil kerja yang ditunjukkan oleh karyawan tersebut, semakin besar pula apresiasi yang akan diberikan kepada karyawan.

KPI juga dapat membantu perusahaan menyampaikan ekspektasi bisnis yang dimilikinya kepada karyawan dengan bahasa yang mudah dipahami, yaitu target dan pekerjaan. Dengan memahami apa target yang harus dicapai dengan pekerjaan yang dilakukan, karyawan dapat memperkirakan arah mana yang ingin dituju oleh strategi bisnis sebuah perusahaan.

Sehingga, salah satu manfaat KPI adalah memastikan karyawan tetap melakukan tugas dan tanggung jawab kerjanya dengan baik dan selaras terhadap tujuan perusahaan itu sendiri.

 

Manfaat Penerapan KPI bagi Karyawan

Setelah mengetahui apa itu KPI dan manfaatnya bagi perusahaan, tentunya perlu juga mengetahui manfaat penerapan KPI bagi karyawan, bukan?

Karyawan dapat mengetahui seberapa baik hasil kerja yang sudah dilakukannya dengan mencocokkan pencapaiannya terhadap KPI. Semakin banyak KPI yang tercapai dan bahkan terlampaui, maka semakin baik pula hasil kerjanya. Dengan mengetahui kinerja yang dimilikinya, karyawan tersebut dapat terlebih dahulu mempersiapkan diri apabila ada hasil kerja yang masih belum mencapai target.

Dari situlah, karyawan dapat dengan lebih akurat mengidentifikasi kendala yang mungkin dapat menghambatnya dalam memberikan hasil kerja yang optimal. Karyawan tersebut juga dapat menunjukkan inisiatif setelah berhasil mengidentifikasi kendala yang dihadapinya kepada pihak manajer maupun supervisor.

Tentunya, atasan akan menyukai karyawan yang secara aktif berinisiatif mengidentifikasi kendala yang dihadapinya dalam menjalankan tugas serta tanggung jawabnya. Bantuan pun akan lebih mudah dan cepat diberikan, sehingga karyawan tersebut dapat lebih berupaya mencapai target yang ditetapkan dalam KPI yang dimilikinya.

Dengan KPI ini pula karyawan tidak hanya mengetahui seberapa baik kinerja yang berhasil ditunjukkannya, tetapi juga memperoleh bargain position atau posisi tawar apabila kinerjanya memang menunjukkan hasil yang baik.

Karyawan tersebut dapat memanfaatkan pencapaian kerjanya tersebut sebagai ‘senjata’ untuk meminta kenaikan gaji atau penempatan posisi yang lebih baik dari sebelumnya. Ingat, KPI merupakan ukuran yang dibuat dengan seobjektif mungkin, sehingga ketika argumen untuk meningkatkan status maupun pendapatan seorang karyawan didasarkan pada capaian KPI yang dimilikinya, argumen tersebut memiliki validitas yang lebih baik dan bukan hanya sekadar berupa penilaian subjektif.

Tanpa adanya KPI, karyawan akan kesulitan dalam memberikan pembuktian apabila hasil kerjanya sudah baik dan cukup pantas untuk memperoleh apresiasi, baik dalam bentuk hadiah maupun kenaikan gaji dan jabatan. Karyawan tidak perlu takut hal ini terjadi apabila perusahaan tempatnya bekerja menerapkan KPI, karena indikator-indikator capaian yang terdapat pada KPI dapat menjadi pembuktian yang cukup kuat.

Manfaat lain yang bisa diterima seorang karyawan dengan adanya penerapan KPI adalah pemahaman yang baik terhadap arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Selain menjadi manfaat bagi perusahaan, hal ini juga dapat menjadi manfaat yang dirasakan oleh karyawan.

Ketika seorang karyawan memahami arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan tempatnya bekerja, karyawan tersebut dapat menentukan bagaimana cara terbaik yang bisa dilakukannya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Selain itu, karyawan tersebut juga dapat menghindari praktik-praktik yang mungkin dapat membantunya menyelesaikan pekerjaan, tetapi sesungguhnya tidak memiliki nilai tambahan yang positif bagi perusahaan tempatnya bekerja.

Bagaimana cara mengetahui arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan ini? Mudah saja, karyawan dapat menyimpulkannya dari indikator-indikator yang harus dicapainya dalam menjalankan tugas serta tanggung jawabnya.

Bagi rekan-rekan yang ingin menetapkan KPI dalam bisnisnya, tim Performate.id siap untuk membantu Anda untuk menyusun KPI yang sesuai dengan kebutuhan dalam bisnis Anda. Silakan bagi Anda yang membutuhkan bantuan bisa kontak tim kami via WhatsApp disini

Cara Menyusun KPI Untuk Karyawan

Cara Menyusun KPI Untuk Karyawan

Menyusun KPI karyawan merupakan skill yang wajib dimiliki HR di setiap perusahaan. Keterampilan ini dibutuhkan dalam siklus manajemen kinerja, dari mulai penetapan tujuan dan sasaran karyawan, monitoring, penilaian, hingga rewarding.

KPI karyawan berfungsi sebagai parameter untuk menilai karyawan dan memberikan imbalan, sehingga biasa disebut KPI penilaian kinerja karyawan. Alat ukur ini dapat menjadi dasar yang kuat dan objektif untuk menjelaskan mengapa karyawan A mendapat kenaikan gaji lebih besar atau promosi lebih cepat dari karyawan B.

Pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai bagaimana cara menyusun KPI untuk karyawan.

1. Menentukan struktur organisasi
Bagian ini penting, karena struktur organisasi menjelaskan tugas dan pekerjaan masing-masing peran: siapa melakukan apa, dan melapor ke siapa. Struktur organisasi yang jelas membantu menghindari tumpang tindih tanggung jawab.

2. Menentukan job description
Job description adalah daftar tugas dari setiap peran yang harus dijalankan. Tugas-tugas ini akan menentukan KPI karyawan. Misalnya, job description sales adalah menjual produk, sedangkan contoh KPI karyawan sales adalah menjual 100 unit produk dalam 30 hari. KPI ini menjadi alat penilaian apakah sales tersebut berhasil menjalankan job description atau tidak.

3. Menyusun matriks penilaian
KPI harus dibuat dengan panduan SMART, yaitu specific, measurable, attainable, relevant, time-bound. Apa artinya?

– Specific: target harus dibuat jelas, detail, dan objektif
– Measurable: dapat diukur dan dilacak
– Attainable: sasaran realistis dan dapat dijangkau
– Relevant: target harus relevan dengan goals dan objectives.
– Time-bound: target memiliki jangka waktu

Matriks KPI dapat dibuat dalam tabel sederhana, dengan memecah tanggung jawab karyawan ke dalam key result areas dan indikator (KPI), disertai bobot (weight) KPI dan target. Weight setiap indikator ditentukan berdasarkan pentingnya tugas dan dibicarakan antara manajer dan karyawan, namun jumlah keseluruhannya harus 100.
Fungsi KPI tidak berhenti hanya sampai pada penilaian dan rewarding. Sebagai pengusaha, Anda masih punya pekerjaan selanjutnya yang tak kalah penting.

KPI menyediakan hasil evaluasi yang memberi tahu Anda area pekerjaan yang tidak diselesaikan dengan baik oleh karyawan. Jika masalahnya adalah skill yang kurang, Anda bisa mengembangkan skill mereka melalui pelatihan untuk membantu meningkatkan kinerjanya.

Jika Anda membutuhkan sebuah tools untuk membantu Anda dalam memonitor KPI karyawan maka Performate.id bisa menjadi solusi bagi Anda, silakan kontak tim kami di WhatsApp berikut untuk menjelaskan solusi yang bisa kami berikan terkait KPI untuk bisnis Anda.

Cara Menumbuhkan Etos Kerja Karyawan

Cara Menumbuhkan Etos Kerja Karyawan

Untuk membantu menumbuhkan etos kerja karyawan, berikut daftar cara menumbuhkannya yang akan membuat kinerja karyawan menjadi produktif dan lebih fantastis!

1. Tepat waktu
Anda harus tepat waktu untuk semua janji Anda. Jika Anda diharuskan berada di kantor pada waktu tertentu, datanglah di sana lebih awal dari waktu yang ditentukan. Datang lebih awal memberi Anda kesempatan untuk meninjau pekerjaan hari itu. Tepat waktu juga merefleksikan motivasi kerja dan keinginan untuk maju yang lebih tinggi.

2. Menjadi profesional
Istilah profesional sering diidentikkan dengan cara berpakaian yang rapi dan formal. Hal tersebut tidak salah. Namun, istilah profesional jauh melampaui penampilan luar. Sikap dan nilai yang Anda cerminkan atas masalah maupun pekerjaan tiap harinya menunjukkan profesionalisme. Dengan mempertahankan kualitas profesional di tempat kerja, Anda turut membawa energi positif bagi diri sendiri dan orang lain.

3. Disiplin
Untuk mencapai sesuatu yang bernilai, Anda perlu disiplin. Tetap fokus pada tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Selesaikan setiap tugas dengan baik sesuai tenggat waktu yang ditetapkan. Jangan lupa, cobalah yang terbaik untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal yang Anda lakukan.

4. Investasi Waktu
Seorang tokoh penting asal Amerika, Benjamin Franklin, pernah berkata bahwa Anda tidak boleh menunda sesuatu ke hari esok jika Anda dapat melakukannya hari ini. Nasihat ini sudah berusia berabad-abad tetapi masih relevan dalam mengembangkan etika yang menguntungkan di pekerjaan Anda.

Pastikan Anda menyelesaikan proyek dan tugas tepat waktu. Anda pun memiliki lebih banyak waktu luang dalam jangka panjang dan bebas stress akibat tekanan deadline.

 

5. Pertahankan Gaya Hidup Seimbang
Giat bekerja memang bagus. Namun, jangan sampai menjadi workaholic dan melupakan kesehatan pribadi. Gaya hidup yang seimbang akan berpengaruh kepada kinerja. Makanlah makanan bergizi, olahraga, dan cukup tidur. Luangkan waktu untuk bersantai dan fokus dalam kehidupan pribadi. Jaga prioritas dengan benar dan lakukan evaluasi apakah Anda telah memiliki gaya hidup yang seimbang atau tidak.

 

6. Jangan Biarkan Kesalahan Masa Lalu Mengganggu
Manusia memang tidak ada yang sempurna, tetapi itulah yang membuat manusia selalu belajar sepanjang hayatnya. Semua orang melakukan kesalahan. Namun, semangat yang tinggi mampu mengangkat diri sendiri setelah kesalahan dengan belajar dan melanjutkan pekerjaan.

Jika Anda merusak motivasi kerja dengan memenuhi setiap pikiran dengan kesalahan masa lalu, keinginan Anda untuk menyelesaikan pekerjaan akan cepat menguap. Hal ini justru membuat Anda tidak produktif dan mudah sekali cemas akan melakukan kesalahan lain.

 

7. Mempertahankan Tanggung Jawab
Anda tidak punya pilihan selain menangani pekerjaan sendiri. Maka, bertanggung jawablah atas semua yang Anda kerjakan. Jika memang membutuhkan bantuan, segera minta bantuan kepada rekan maupun atasan dan diskusikan hal tersebut dengan baik. Identifikasi apa yang perlu Anda ubah dalam hidup untuk mengembangkan tanggung jawab lebih baik dari sebelumnya.

Itulah beberapa cara yang bisa dilakukan karyawan untuk meningkatkan etos kerja secara mandiri dalam pekerjaan sehari-hari. Karyawan yang selalu berusaha mengembangkan kinerja umumnya akan selalu maju dengan membuka diri terhadap kritik dan saran.

Semua hal termasuk kemampuan dalam bekerja bisa ditingkatkan secara bertahap. Bila berhasil menunjukkan etos kerja yang tinggi, maka bukan tidak mungkin Anda akan mendapat promosi kerja atau tingkatan karir lainnya.

Bila Anda membutuhkan tools untuk mengukur KPI para karyawan Anda, maka Performate.id bisa memberikan solusi untuk permasalahan Anda tersebut. Silakan kontak kami untuk dapatkan solusi mengenai pengukuran KPI, kontak via WhatsApp disini

Tips Meningkatkan Loyalitas Karyawan

Tips Meningkatkan Loyalitas Karyawan

Besarnya sebuah perusahaan tak terlepas dari loyalitas karyawan yang bekerja keras di dalamnya. Mereka tak segan memberikan waktu lebih untuk bekerja (lembur) hingga bersedia bekerja dengan upah yang dibilang pas-pasan saat perusahaan masih baru berkembang.

Namun, tak sedikit perusahaan yang saat ini seolah tak terlalu mempedulikan sepak terjang seorang karyawannya sehingga akhirnya ia pun kehilangan talenta terbaiknya.

Berikut beberapa tips untuk meningkatkan loyalitas karyawan dari tim Performate.id

1. Menumbuhkan Rasa Percaya Terhadap Pemimpin
Untuk bisa membuat karyawan loyal, maka perusahaan harus lebih dulu bisa menumbuhkan rasa percaya mereka terhadap pemimpin perusahaan. Menurut Survei Darwin pada 2003, karyawan cenderung loyal terhadap perusahaan yang memiliki pemimpin berkompeten di bidangnya. Terlebih tahu arah dan tujuan perusahaan tersebut.

Agar bisa memupuk kepercayaan tersebut, maka Anda perlu mencari pemimpin perusahaan yang tahu akan potensi dirinya, sudah mengikuti banyak pelatihan dan punya visi-misi yang searah dengan perusahaan. Atau bila Anda sendiri pemimpinnya, maka carilah pelatihan untuk meningkatkan kompetensi Anda, kemudian seringlah berinteraksi dengan tim, dan sebarkan energi positif yang Anda punya.

2. Lakukan Manajemen SDM yang Baik
Manajemen SDM yang buruk juga menjadi faktor pendukung mengapa banyak karyawan yang tak betah bekerja di sebuah perusahaan. Padahal, bila perusahaan tak melakukan manajemen SDM yang baik maka perusahaan bisa tertinggal dari pesaing.

Apalagi saat ini revolusi industri 4.0 sudah mulai berlangsung.
Manajemen SDM biasanya dilakukan perusahaan dengan memberikan pelatihan khusus kepada karyawan agar dapat meningkatkan mutu karyawan di perusahaan itu sendiri.

3. Memberikan Hak Karyawan Seperti yang Dijanjikan
Problematika yang sering dirasakan oleh karyawan yang bekerja di perusahaan kecil atau yang baru tumbuh adalah janji perusahaan yang tak terpenuhi. Karena umumnya perusahaan kerap mengiming-imingi janji pada calon karyawan saat perekrutan.

Namun, saat karyawan tersebut sudah bekerja, janji yang diutarakan tak kunjung terpenuhi. Hal ini juga kerap menjadi alasan mengapa karyawan tak bisa loyal pada perusahaan.

Padahal, dengan memenuhi hak karyawan seperti yang sudah dijanjikan akan membuat kondisi perusahaan terus membaik dan meningkat. Pastinya karyawan pun akan bekerja sungguh-sungguh. Jadi, memang lebih baik perusahaan tak perlu terlalu banyak mengumbar janji kepada calon karyawan.

4. Berikan Kendali Pekerjaan Pada Karyawan
Ada beberapa bagian pekerjaan dalam perusahaan yang tak mengharuskan karyawannya berada di kantor selama 8 jam. Beberapa divisi itu seperti media sosial, content writer, marketing, atau sales. Dengan itu cukup berikan kepercayaan kepada mereka dalam mengelola pekerjaan mereka sendiri.

Di sisi lain, perusahaan dapat mengevaluasi hasil kerjanya dalam tiga bulan bila seandainya memang tak memuaskan.

Loyalty Expert dan Allegiance Best Practices Manager, Kyle LaMalfa pernah mengatakan bahwa keterlibatan karyawan adalah komponen loyalitas nomor satu. Keterlibatan karyawan dalam hal ini adalah memberikan kendali pada setiap keputusan atas pekerjaan yang dilakukan karyawan.

5. Ciptakan Suasana Kerja yang Nyaman
Tak sedikit karyawan yang memilih bertahan di sebuah perusahaan karena suasana kerja yang nyaman. Tapi, perlu diingat bila kenyamanan suasana kerja bukan hanya dari faktor fasilitas, tetapi juga budaya atau kebiasaan kerja, tidak terikat pada struktur organisasi.

Sehingga baik atasan maupun bawahan dapat mengobrol dengan santai.Intinya adalah membangun suasana kekeluargaan yang baik dalam lingkungan kerja dapat membantu perusahaan memupuk loyalitas karyawan.

6. Memberikan Jenjang Karier yang Jelas
Setiap karyawan tentunya ingin mendapatkan gambaran bila ia lama bekerja dalam sebuah perusahaan. Hal utama yang menjadi perhatian adalah jenjang karier.

Pastikan perusahaan tak membuat karyawannya berhenti di satu posisi itu sehingga tak bisa naik ke level lebih tinggi.Di sisi lain, dengan memberikan jenjang karier yang jelas dapat membangkitkan motivasi karyawan dalam bekerja.

7. Berikan Apresiasi atas Pencapaian Karyawan
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang mau memberikan apresiasi kepada karyawannya yang sudah bekerja keras untuk membangun perusahaan. Karena itu berikanlah apresiasi sekecil apa pun itu kepada karyawan yang sudah bekerja luar biasa.

Memang, apresiasi yang paling dinanti oleh karyawan adalah bonus gaji, tapi bila itu merasa memberatkan bagi perusahaan, Anda bisa menyiasatinya dengan memberikan libur tambahan di luar cuti kepada karyawan tersebut, paket liburan atau tamasya, atau penambahan fasilitas dari kantor.

8. Hargai Kehidupan Pribadi Karyawan
Perusahaan memang perlu mendorong karyawannya untuk memiliki etos kerja tinggi, tapi jangan sampai hal itu membuat perusahaan lupa bahwa karyawannya masih punya kehidupan di luar kantor. Jadi, hargailah kehidupan pribadi karyawan dengan tak terlalu memprioritaskannya selalu lembur atau sebagainya.

Perusahaan mungkin bisa menyiasatinya dengan menyediakan waktu lembur di hari-hari tertentu, sisanya karyawan harus pulang tepat waktu.Tentu saja delapan tips ini tidak bisa menjadi satu-satunya referensi bagi perusahaan yang ingin meningkatkan loyalitas karyawannya. Sejatinya setiap perusahaan memiliki sistem dan pola kerja yang berbeda.

Sebab itu pula diperlukan strategi yang berbeda di masing-masing perusahaan. Tapi, setidaknya dengan delapan tips ini Anda bisa memilih beberapa di antaranya untuk diaplikasikan pada perusahaan Anda. Karena ingatlah bahwa karyawan merupakan aset berharga sebuah perusahaan. Terutama karyawan yang memiliki etos kerja bagus. Setidaknya jangan sampai karyawan terbaik Anda lari ke perusahaan pesaing Anda.

Ini Dia 4 Penyebab Kegagalan Rencana Bisnis

Ini Dia 4 Penyebab Kegagalan Rencana Bisnis

Semua pebisnis tentunya memiliki keinginan agar bisnisnya sukses, alhasil mereka membuat membuat rencana dalam bisnisnya dengan sematang mungkin.

Namun sayangnya, tidak semua rencana berjalan dengan baik dan terkadang berujung kepada kegagalan.

Pada kesempatan kali ini, Performate akan share terkait 4 Penyebab Rencana Bisnis Berujung Pada Kegagalan

 

1. Tidak Tahu Goal
Saat membuat goal sudah semestinya kita mengacu kepada visi dan misi dari perusahaan kita, dengan begitu goal yang kita buat akan sejalan dengan tujuan kenapa perusahaan kita ada.

Setelah goal itu dibuat, kita sebagai leader dari perusahaan perlu untuk mengkomunikasikan goal tersebut kepada setiap individu yang ada di dalam tim kita, sehingga tidak hanya kita yang tahu apa goal perusahaan yang ingin dicapai tetapi tim kita pun juga tahu.

Pada saat kita mengkomunikasikan goal tersebut kepada tim, tentunya kita perlu memberikan pemahaman kepada anggota tim bahwa jika goal tersebut tercapai maka secara tidak langsung goal mereka secara pribadi pun akan terfasilitasi.

 

2. Tidak Tahu Cara Mencapai Goal

Hal kedua yang menyebab sebuah rencana berujung gagal adalah tidak tahu cara mencapai goalnya.

Ibarat mau bepergian, tentunya kita harus terlebih dahulu menentukan kemana kita akan pergi, bagaimana caranya kita bisa sampai ke tempat tujuan tersebut, dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk sampai ke tujuan.

Begitu pula dengan goal, kita pun harus merumuskan goal tersebut dengan menggunakan pendekatan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time Based).

Specific yang berarti goal kita spesifik ingin mencapai ke 1 tujuan tertentu
Measurable yang berarti pencapaian goal kita itu bisa diukur berhasil atau tidaknya.
Achievable yang berarti goal kita memang bisa dicapai
Relevant yang berarti goal tersebut relevant terhadap perkembangan Bisnis kita
Time based yang berarti ada batas waktu tertentu yang dibutuhkan untuk mencapai goal tersebut

Setelah itu, kita perlu buat aktivitas-aktivitas pendukung yang semakin mendekatkan kita untuk mencapai goal tersebut.

Dan tentunya aktivitas tersebut tidak mungkin kita semua yang mengerjakannya, oleh sebab itu kita perlu bangun tim untuk membantu kita mengerjakan aktivitas tersebut.

Selain itu, kita perlu menyiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas yang kita susun, mulai dari skill & knowledge tim, SOP, dan tidak ketinggalan kesiapan dari fasilitas kantor.

Dan tentunya jangan lupa kita perlu buat prioritas agar setiap goal bisa dicapai sesuai dengan harapan.

3. Tidak Memantau Scoreboard Sedang Berhasil Atau Gagal

Penyebab ketiga adalah kita tidak memantau apakah yang kita dalam kondisi berhasil atau gagal.

Kebanyakan orang cuma melihat hasilnya saat di akhir periode saja padahal jika saja mereka memperhatikan secara harian tentunya mereka bisa menyiapkan langkah antisipasi agar rencananya bisa berhasil.

 

4. Tidak Merasa Bertanggung Jawab

Masalah keempat yang menyebabkan rencana bisnis tidak berhasil adalah tidak adanya rasa tanggung jawab dari tim.

Sebagai seorang pebisnis sekaligus leader dari bisnis kita, kita perlu untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada masing2 individu di internal tim kita.

Yaitu dengan membangun semangat pencapaian visi misi perusahaan, dimana setiap merasa individu memiliki pengaruh terhadap keberhasilan dari perusahaan.

Dengan begitu, harapannya setiap individu yang berada perusahaan merasa memiliki peran penting terhadap keberhasilan perusahaan.

PF - Logo Only

Performate

About
Careers
Blog
Customer

Our Products

Products
Promo
Pricing
Family
Business
Education

Help

Workshop
Seminar
Guide
Support
Service
Help Center

Legal

Products
Promo
Pricing
Family
Business
Education

Contact

Jl. Raya Pondok Kelapa Jakarta Timur

cs@performate.id
0812-1203-0314